Masjid Qiblatain
Mendengar perintah langsung itu, Rasulullah pun langsung memutar arah salat dari Baitul Maqdis ke Kabah. Sejak saat itu, arah kiblat umat Muslim pun berubah ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah.
Untuk mengenang peristiwa penting itu, masjid lokasi penentuan arah kiblat diberi nama Qiblatain. Qiblatain berarti dua kiblat.
Di dalam Masjid ini kita masih bisa melihat sendiri bekas tempat imam salat. Tempat imam salat yang dulu dipakai saat kiblat menghadap Baitul Maqdis berupa pasir dan tidak ada sajadah. Sebaliknya, tempat salat imam yang sekarang telah memiliki mimbar khusus lengkap dengan sajadahnya, Ini dikarenakan tempat imam salat yang menghadap Baitul Maqdis sudah tidak dipakai karena perpindahan arah kiblat.
Masjid merupakan saksi bisu perpindahan arah kiblat umat muslim dunia....
Masjid yang terletak di jalan Khalid bin Al Walid ini memiliki 2 arah kiblat yang berlawanan arah, kiblat yang pertama menghadap ke Baitul Maqdis (nama lain dari Masjidil Aqsa) di Yerussalem, Palestina dan yang kedua adalah menghadap Kabah Masjidil Haram di Makkah, Arab saudi.
Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena
masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Terletak di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah,
Madinah. Dahulu, sebelum kiblat salat umat Muslim ditentukan menghadap Kabah, arah kiblat salat menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem.
Pada tahun ke-2 Hijriah bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad SAW melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah.
Pada tahun ke-2 Hijriah bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad SAW melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah.
Surat Al-Baqarah ayat 144 :
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
[Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa (berpaling ke Masjidil Haram) itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Mendengar perintah langsung itu, Rasulullah pun langsung memutar arah salat dari Baitul Maqdis ke Kabah. Sejak saat itu, arah kiblat umat Muslim pun berubah ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah.
Untuk mengenang peristiwa penting itu, masjid lokasi penentuan arah kiblat diberi nama Qiblatain. Qiblatain berarti dua kiblat.
Di dalam Masjid ini kita masih bisa melihat sendiri bekas tempat imam salat. Tempat imam salat yang dulu dipakai saat kiblat menghadap Baitul Maqdis berupa pasir dan tidak ada sajadah. Sebaliknya, tempat salat imam yang sekarang telah memiliki mimbar khusus lengkap dengan sajadahnya, Ini dikarenakan tempat imam salat yang menghadap Baitul Maqdis sudah tidak dipakai karena perpindahan arah kiblat.
Masjid merupakan saksi bisu perpindahan arah kiblat umat muslim dunia....