Assalammualaikum Nak,
Ini kali pertama Ayah mencoba menggunakan facebook. Ayah tidak terlalu mengerti menggunakannya. Makanya Ayah mencoba mengirim pesan ini kepada mu Nak. Maaf, Ayah tidak terlalu pandai untuk merangkai kata-kata seperti orang orang.
Ayah kangen mendengar cerita darimu Nak, ayah kangen sekali apalagi bertemu denganmu, seperti dimasa masa kecilmu, Ayah masih ingat Saat kamu kecil dulu, Ayah masih ingat pertama kali kamu bisa berbicara. Kamu asyik panggil, “Ayah, Ayah, Ayah”. Ayah bahagia sekali anak lelaki Ayah panggil Ayah. Ayah senang bisa berbicara denganmu nak. walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Ayah ucapkan di umur kamu 3 atau 4 tahun. Tapi, percayalah. Ayah dan Bunda bicara dengan kamu banyak sekali. Kamulah penghibur kami di saat kami berduka. Walaupun hanya dengan gelak tawamu.
Saat kamu masuk Taman kanak kanak. Ayah ingat kamu selalu bercerita dengan Ayah ketika lagi berboncengan motor dengan Ayah setiap pergi dan pulang sekolah. Banyak yang kamu ceritakan pada Ayah. Tentang ibu guru, sekolah, teman-teman, sampai apa saja jajanmu tadi di sekolah, begitu juga ketika kamu memasuki sekolah dasar, kami masih anak Ayah yg lucu dan menggemaskan.
Ayah jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Agar kamu kelak tidak seperti ayah yang hanya tamatan sma, Ayah ingin kamu sukses nantinya.
Semua mulai berubah Ketika kamu masuk SMP, Kamu mulai punya banyak teman. Kamu tidak mau lagi diantar jemput oleh ayah ketika pergi dan pulang sekolah, ketika pulang dari sekolah, kamu langsung masuk ke kamar. Kamu hanya keluar dari kamar hanya ketika waktu makan saja. Hari harimu disibukan dengan teman temanmu, tidak ada lagi yang namanya hari Sabtu minggu, yang biasanya kita pergi keluar hanya sekedar mencari es kream, Kamu lebih memilih pergi dengan teman temanmu. Kamu mulai jarang bercerita dengan Ayah.
Pada saat kamu lulus dari SMP, Ayah senang sekali apalagi kamu lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, tapi sayang Ayah mengetahuinya dari Bundamu, karena kamu tidak memberitahu Ayah sama sekali.
Disaat kamu memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar kota, Ayah sebenarnya sangat tidak setuju, karena Ayah belum siap untuk jauh darimu nak. Tapi kamu berhasil meyakinkan Ayah kalo kamu akan sering menelpon dan pulang kerumah. Karena melihat tekad mu yang begitu kuat akhirnya Ayah merelakanmu untuk melanjutkan studi mu diluar kota, dengan berat hati ayah melepasmu.
Ayah menghadiahkan kamu sebuah HP dengan harapan kamu akan sering menelpon ayah dan bundamu, menceritakan bagaimana lingkungan barumu. Bagaimana dengan sekolahmu, teman teman mu. Tapi, kamu hanya menelpon ayah seminggu sekali, itupun kamu menelpon hanya untk menanyakan uang makan dan uang jajanmu.
Hari hari jarak kita semakin jauh, kamu sangat jarang sekali menghubungi kami, walaupun begitu Ayah selalu memantau dirimu dengan bertanya kepada guru-guru dan ibu kos kamu, sampai akhirnya Ayah tahu kalau ternyata kamu menyukai seorang gadis. Ayah memaklumi naluri remajamu, ayah juga pernah muda. Dan sampai akhirnya kamu lulus, Prestasimu membuat Ayah bangga, tapi satu yang ayah sedihkan kamu tidak mencari ayah seketika kamu lulus dan di wisuda, kamu malah Asyik berphoto photo dengan teman temanmu, Ayah melihat air mata kesedihan dimata Bundamu. Tapi kami masih bisa memakluminya.
Setelah kamu bekerja sikapkamu tidak juga berubah, Kamu semakin jarang menghubungi kami, Ketika kamu pulang sewaktu liburan, kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu. Pergi dengan teman temanmu sampai larut malam.
Kadang Ayah bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah teman istimewa itu lebih penting dari Ayah dan Bundamu? Adakah Ayah dan Bunda cuma diperlukan saat kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Kadang Ayah bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah teman istimewa itu lebih penting dari Ayah dan Bundamu? Adakah Ayah dan Bunda cuma diperlukan saat kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Akhirnya, kamu jarang berbicara dengan Ayah lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, kamu tak liburan kemari lagi.
Malam ini, Ayah sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Ayah sudah terlalu tua. Ayah sudah di penghujung usia 60 an. Kekuatan Ayah tidak
sekuat dulu lagi. Ayah tidak minta banya, Ayah tidak minta uangmu…
Ayah cuma mau kamu berada disisi Ayah. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Ayah. Mengadu pada Ayah. Bercerita pada Ayah seperti saat kamu kecil dulu.
sekuat dulu lagi. Ayah tidak minta banya, Ayah tidak minta uangmu…
Ayah cuma mau kamu berada disisi Ayah. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Ayah. Mengadu pada Ayah. Bercerita pada Ayah seperti saat kamu kecil dulu.
Maafkan Ayah atas curhat Ayah ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. Mungkin kamu tidak punya waktu berbicaradengan Ayah. Namun, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah.
Jangan letakkan cinta di hati pada seseorang melebihi cinta kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan Ayah dan Bundamu. Namun
jangan kamu mengabaikan Allah. Maafkan Ayah atas segalanya.”
Jangan letakkan cinta di hati pada seseorang melebihi cinta kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan Ayah dan Bundamu. Namun
jangan kamu mengabaikan Allah. Maafkan Ayah atas segalanya.”
Pemuda itu menangis terisak isak. Dalam hati perih tidak terkira. Bagaimana tidak, tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.
Saudaraku, hargailah orang tua ketika mereka masih hidup... kadang kala kita terlalu sibuk bekerja, sekolah, kuliah, bahkan berpacaran, bertunangan, mengejar-ngejar lawan jenis yang kita sukai. Meghabiskan waktu dengan teman-teman kita, Sampai kita lupa akan dia yang telah membesarkan kita, Memberi kita pendidikan untuk bekerja, Mengajari cara berjalan agar kita bisa hidup, beraktivitas.
Jangan sampai anak kita nanti melupakan kita seperti kita melupakan orang tua kita... Hubungilah mereka, sering-seringlah kunjungi mereka, mereka tidak pernah minta uangmu, mereka hanya meminta sedikit waktumu,.. Ridho Allah tergantung kepada ridho Orang tua…
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan anda,,,