Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun baru Islam yaitu 1
Muharram 1434 H, untuk itu pada postingan kali ini saya akan membahas tentang
amalan – amalan yang keliru, yang tidak ada tuntunanya dalam Islam baik dalam
Alquran maupun Hadist Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyambut tahun baru islam
Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya.
Satu
hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan
ajaran Nabi dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu
dalam menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti
mereka dalam hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali menguatarakan
sebuah kalimat,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا
إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”
Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau
perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan
semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan
kecuali mereka akan segera melakukannya.
Tidak ada amalan tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru Hijriyah. Dan kadang amalan
yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam menyambut tahun baru Hijriyah
adalah amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak berdasarkan
dalil atau jika ada dalil, dalilnya pun lemah.
Banyak dikalangan masyarakat kita yang keliru dalam
menyambut datangnya tahun baru islam, mereka melaksanakan amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam,
dan celakanya lagi amalan-amalan tersebut dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat kita,, Beberapa
amalan atau perbuatan yang keliru atau tidak pernah dicontohkan atau tidak ada
haidstnya yang kuat dari Rasulullah SAW, yaitu:
Do’a awal dan akhir tahun
Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama
sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya.Amalan ini juga
tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah
karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.
Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini
sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat
hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.
Puasa awal dan akhir tahun
Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa di akhir bulan
Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan
puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah berikut
ini.
مَنْ
صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ
فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ
بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ
كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan
Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia
sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun
yang akan datang dengan puasa.Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup
dosanya selama 50 tahun.”
Penilaian ulama pakar hadits mengenai riwayat di atas:
1)
Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181)
mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya -Wahb bin Wahb- yang
meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
2)
Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96)
mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
3)
Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa
Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan
pemalsu hadits.
Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal
dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam
amalan.Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun
karena haditsnya jelas-jelas lemah.
Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah dengan Pesta
Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api,
mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan
pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan
lilin, atau membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya.
Karena penyambutan tahun hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para
sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang memeriahkan tahun
baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi yang
dirayakan oleh Nashrani.Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah
menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”
Menyambut tahun baru Hijriyah bukanlah dengan
memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah
dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian.Sungguh hidup di
dunia hanyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin
dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula
mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak lain seperti
pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.“
Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai
manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari.Tatkala satu hari
hilang, akan hilang pula sebagian darimu
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan anda,,,