Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Desember 2016

Memanjat Batang Bengkoang

"Duuuhhhhhh...  mana ya data pratikum minggu lalu ??? ", gerutuk Elisa di dalam kamarnya sambil mencari-cari data itu diantara lembaran buku kerjanya, sambil mencari-cari data tersebut terdengar Nada dering khas sms dari handphonenya  memekik-mekik memanggil lisa untuk segera dibaca, "siapa sih yang sms malam malam gini"Ia pun meraih handphone yang terletak di samping bantal tempat tidurnya, kemudian membaca isi pesan yang baru saja datang. "ohhhh pantam toh" katanya sambil membuka isi pesan tersebut.

"Assalamualaikum, gimana kondisinya say, semoga cepat sembuh ya,,, oh ya kita ambalan sabtu besok mau ngadain Persami, berharap kedatangan dirimu dan ikut joint bersama kami,, ditunggu konfirmasinya  ya say,,, tertanda pantam, :)"
  
wahhhhh asyik nih... tanpa pikir panjang Lisa lansung membalas sms dari pantam.

" Alhamdulillah berkat doamu,,, sipp,, InsyaAllah gw datang"

Tak lama Handphonenya kembali berbunyi,,,

"Alhamdulillah,,, ok say,, ditunggu besok di skull, dan selamat mengerjakan laporan hehehehe,,,"

balasan dari pantam pun segera dibalasnya.
"hahahah,,, tau aja lo gw lagi ngerjain laporan".

sejurus kemudian balasan dari pantam kembali membuat Handphone lisa berdering.

"ya dong,, kitakan sehati wkwkwk,, ya udah gw mau bobok dulu ya say,  ditunggu besok di skul ya, jaga kesehatannya, 
salam pramuka !!!...
  
Dengan senyum pepsodennya Lisa mengirim sms balasan sebagai penutup.
 
"ok Say,, makasih ya,,, met bobok :)"
Memang tiga hari ini lisa tidak masuk sekolah karena sakit, "wahhhhh seru nich, ngumpul lagi sama anak-anak" ujar lisa sehabis baca sms dari pantam, semangat untuk mengerjakan laporan jadi bertambah berkali-kali lipat, "don't stop me now"  teriakannya dengan penuh semangat. dikamar kos khas cewek ukuran 3x4 meter ini lisa melanjutkan laporannya hingga dia tertidur.


                         *  *  *  *  *  *  *  *  *


Pekikan Alarm membuat gadis cantik ini terbangun dari tidurnya,,, Sambil ngucek ngucek mata, Lisa melihat jam ternyata masih pukul 04.00 WIB, Semalam Lisa tertidur di meja belajarnya bersama laporan pratikum yang belum selesai ia kerjakan, dengan mata setengah terpejam dicoba diajaknya tubuhnya berkompromi untuk melangkah menuju jendela kamarnya, "Alhamdulillah", ucapnya lirih ketika Udara Pagi menyeruak masuk ke dalam kamarnya seketika pintu jendela kamarnya di buka, Begitu dingin dan serasa sangat segar sekali. Dengan kandungan kadar oksigen yang masih murni dan belum tercemar oleh polutan lain, kemudian lisa menuju kamar mandi untuk mengambil wudhuk dan melaksanakan sholat Tahajud...

Usai melaksanakan sholat, Dengan Semangat yang membara, diteguknya air dari wadah minum yang biasa ia tarok di meja belajarnya, distelnya Radio ke siaran favoritnya, Laporan yang belum tuntas segera ia selesaikan.  Dengan penuh ketelitian akhirnya ia dapat menyelesaikan laporan tersebut, laporan ini merupakan salah satu tiket masuk untuk bisa melkasanakan pratikum berikutnya.

  "Alhamdulillah akhirnya selesai juga " ujarnya sambil mengeliat melepas penat,, Panggilan Shubuhpun terdengar mendayu-dayu dari   radio dan masjid, terdengar merdu sekali, mengetarkan setiap sanubari yang mendengarnya... Ia pun segera bangkit untuk berwudhuk dan melaksanakan perintah agung tersebut.


                      *  *  *  *  *  *****  *  *  *  *  *  * 
  
"Bu lontongnya satu ya, ditambahin bakwan", teriak wahid,yang baru saja datang. 
"pakai telur nggak ?" , tanya ibu kantin dari depan gerobaknya,,
"iya bu, pake telur dan porsinya double" jawab wahid yang sudah duduk di bagian belakang warung itu, seperti biasa, kantin ini selalu rame pembeli, selain enak, porsinya yang banya harganyapun bersahabat dengan anak kost


"woii, nggak ngajak ngajak lagi ya"  kata dodon setengah mengagetkan wahid yang lagi asyik makan, hampir saja kuah lontongnya menyiram seragam Dodon. Dodon, manda dan  Riza yang baru saja datang ikut bergabung  dan duduk disebelah akri sambil mencomot kerupuk lontonya akri,,,
"pesan gi sonoh, gangguin orang makan aja" kata akri sambil menjauhkan piring lontongnya yang sedari tadi dicomot oleh manda, 

"ihhhh pelit amat sih lo" balas manda,,, 
"Nohhh punya lo udah datang tuch,,." balas wahid "ya udah tarok disitu aja buk, nanti diambil lagi sama monyet yang satu ini buk" ledek  manda


  
 

Sabtu, 17 Januari 2015

Besuk Pak Owi

"Haduhhhh mana sih bocah bocah katanya janjian disini,,, tapi tak kelihatanpun batang hidung mereka  sama sekali,, hmmmm kebiasaan suka ngaret, hufttt ,,, gerutu Wahid sambil melangkah masuk,,, "Kiri Gantengggg!!!"
Teriakan dari Nando  yang membuat seisi ruangan melirik kearah kami, Wahid  yang baru saja datang hanya diam sok cool standart artis pendatang baru , dengan wajah seakan tak peduli.
tanpa diaba aba, secara serempak Delon, Nando n  Puput  tertawa ngakak melihat penampilan dari Wahid, Wahid yang bergaya nyentrik berjalan menghampiri kami  yang sedari tadi duduk dimeja no. 11 disamping anak tangga yang bersebelahan dengan sebuah kolam kecil dimana didalamnya terdapat ikan ikan cantik lagi "kulukilir".

"Hei, Ndo", Wahid cekikan senang sambil menyalami Nando yang dilanjutkan dengan pelukan hangat, diikuti oleh Puput dan Delon,
"Gila ancur banget lo, ini badan apa karung goni, lebar amat hahha, sumpah kangen banget gua sama lo", ujar Wahid. Sambil menepuk nepuk pundak Nando,,, "kirain kalian belum datang hehhe" kata wahid seraya mencomot makanan yang ada dimeja dihadapan mereka.

Nando...!
Wahid...!
Puput...!
Delonnnnnnn...!
Teriakan dari Lisa dan Dodon  sambil berlari kecil dengan senyuman khas masing-masing, Lisa yg rambutnya digulung kayak habis mandi dengan kaos ping hello kitty yg dipadu dengan celana jeans hitam dan sepatu yg senada dengan bajunya, Cantik manja kelihatannya.

Lisa lansung memeluk  Puput, "kangen,  kangen, kangen banget  gua kangennnn",

"sa… sa,  gw juga kangen banget sama lo" teriakan Wahid. yang dibalas dengan juluran lidah oleh Lisa, Puput sampai sesak napas di peluk oleh Lisa.
"Apakabar ndut yang tampan…",ujar dodon sambil nyubit pipi Nando yg gembul…

"sumpahhh gw kangen baget sama kalian semua", tiba tiba sosok yg nyeleneh sudah berdiri aja didepan kami,
Aletrino
oooo...!!
Teriak Puput Lisa dan Dodon secara serempak, 
"apakabar kalian semua, gilaaaa,, gilaa, gua kangen banget sama lo lo pada"
"tadi bareng ?” Tanya wahid ke aLetrino dan Pinkan,

"nggak, ketemu diparkiran kita tadi yah aL" ujar pingkan.

Susana semakin riuh seketika  Nando ngomong sambil mulut penuh dengan makanan, Suara ketawa memenuhi seisi ruangan, semua tamu yang ada pada melirik kearah segerombolan manusia yg sudah lama tak bertemu satu sama lain,,,,seakan tak peduli dengan sekitar suara mereka semakin kencang terdengar.

Tiba tiba Delon nyeletuk,

"dengar dengar pak owy sakit ???"
"sakit Apaan beliau" ujar Dodon n Nando serempak,
"nah itu dia gw yang nggak tau", tambah Delon.

"gimana sih lo, ngasih informasi setengah setengah" ujar Wahid nimpali,
"yahh gw kan juga nanya"  jawab Kurnia seadanya,
 

"Pak Owi sakit kanker gitu," celetuk aL,

"Lo tau aL" ujar Lisa dan Puput bersamaan,

"Ya,, cuma tau gitu aja sih, adek kelas yang ngasih tau gw" tambah aL.

"Ya udah, kalo gitu kita samperin aja kerumah beliau biar lebih jelasnya" ujar pingkan menengahi,
"Tumben lu pinter Ping" ucap Wahid sambil dorong kepala Pingkan,,. hahahahaha semuanya pada ketawa..

"Jadi kapan kita mau kesana ?", ujar pingkan,,
"ya sekarang lah oon" terdengar suara nando yang dari tadi asyik makan…

"sekarang ???",  Delon, Wahid dan Puput saling lirik ??

"iya sekarang, kapan lagi" ajak aL,,
"yahhh trus rencana kita mau kepantai gimana" ujar Lisa dengan manja dan memelas,,

"Besok-besok ato nanti sore sepulang dri sana kan bisa sayang" timpal Nando.,.
"Ok kalo gitu, lets go,,," kata Lisa dengan semangatnya,,,


"heii tunggu,,, Riyandi nelpon gw nih" teriak Delon,,,  "ya udah angkat aja" jawab Nando.
"lon, sekalian ajak Riyandi Ikut kerumah pak owi, kan makin rame makin seru ya nggak say" Ujar Aletrino sambil menggoda dodon yang sedari tadi sibuk dengan jilbabnya... "ishhhhhhh Si aL udah mulai genit ya sekarang" timpal lisa sambil ketawa,,,  "apa katanya Lon", tanya nando,, "Ok dia ikut, kebetulan dia juga lagi sama Sidar dan Tekmar, mereka semua ikut" jawab Delon,,, "Trus ketemu dimana...? Tanya Nando Lagi,,,  "Ketemuan dekat rumah pak Owi aja" jawab delon...  "Ok kalo gitu lets go,,,  ujar mereka serempak...


* * * * * * * * * * * * * *

Pukul dua  lebih dua puluh empat menit mereka beserta sebuah keranjang buah sebagai oleh oleh sudah berada didepan pagar rumah Pak Owi, seorang guru favorit  mereka sewaktu masih sekolah dahulu. Walaupun bidang Studi yg Beliau ajar adalah mata pelajaran yg di takuti oleh sebagian Besar siswanya tetapi Beliau tidak kehilangan tempat di hati siswanya...

Dari kejauhan terlihat rombongan Riyandi tekmar yudha dan darus Datang dengan motor...  Mereka menghampiri kami... 

                       # #   #   # #

"Benar nggak ini rumah Pak Owi ?" tanya nando,
"Kayak nya ini dah" ujar aL,
"ya udah pencet aja bell nya,” usul Delon


* * * * * * * * * * * * * * * *

Selang berapa lama, dari dalam rumah muncul seorang wanita setengah baya dengan balutan koas lengan panjang warna merah dengan jilbab senada yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih membukakan pintu.


"cari siapa dek,” terdengar suara ibu itu seraya menghampiri kami…
"maaf buk, apa benar ini kediaman Pak Owi" Tanya Lisa,,
"iya benar" jawab ibu itu dari dalam pagar rumah,,
"Maaf, Kalian siapa"
"Kami Mantan Murid-Murid dari Pak Owi buk" jawan Puput dengan senyum mengembangnya yang sampai sampai tahilalatnya ikut berjoget.
"ohhh, silahkan masuk"  ujar ibuk itu sambil membukakan pagar buat kami,,

* * * * * *#####* * * * * *

"ehh kalian ruponyo,” dengan  logat  minang nya yang sangat khas,
suara itu tak asing lagi  terdengar ditelinga kami, ya itulah suara dari Pak Owi,,
 
Sejurus kemudian tanpa dikomando, satu persatu kami menyalami sambil mencium tangan Pak Owi yg sudah berdiri didepan kami didalam sebuah ruangan yang didingnya dipenuhi oleh pajangan photo keluarga dan di bagian sudut ruangan tersebut terdapat satu lemari pajang warna coklat, yang dikiri kanannya berdiri Guci hias yang lumayan besar. Kemudian Pak Owi mempersilahkan kami duduk kembali di sofa berwarna coklat tua berbingkai dengan kayu jati.

"Apakabar kalian ?" ujar Pak Owi,
"baik pak" ujar kami serentak,,
"bapak gimana keadaanya,,," tanya Nando.
"ya beginilah seperti yang kalian lihat.,.,: jawab Pak Owi memulai pembicaraan,.. 
 
* * *  BauLeH  * * * +

Kamis, 19 September 2013

UAS Hari Pertama

Aku masih bersarang dalam selimut tipisku, serasa sangat dingin sekali. Dan tanganku memaksaku untuk mengucek mata ini. Sembari tanganku yang satunya lagi menoleh dan mengambil jam bekerku yang memekik-mekik ntah berapa kali. Emang sengaja distel agak cepat dari biasanya, yakni jam 04.00 pagi ntuk persiapan ujian semester ini. Suara adzan shubuhpun bersambut ditelingaku. Tapi bisikan syetanpun tak mau kalah bergolak untuk menyuruhku untuk tidur kembali. Ngantuk sekali memang. Tapi dengan segenap semangat aku taklukan godaan syetan ini dan aku beranjak menuju kamar mandi yang berjarak 10 meter dari kamarku. Kamar mandiku memang terpisah dari rumah kami.

Alunan angin merasuk kedalam hidung dan menembus kedalam sukma. Begitu dingin dan serasa sangat segar sekali. Dengan kandungan kadar oksigen yang masih murni dan belum tercemar oleh polutan lain. aku bergegas untuk ambil wuduk. Tubuhku langsung bereaksi seperti detektor suhu, mungkin 20 celsius derajat. Tapi ini adalah obat mujarab untuk mengalahkan rasa ngantuk. Aku pun beranjak untuk mengerjakan sholat shubuh. Dengan penuh kekhusukan kuhadapkan muka ke pada-Mu ya Rabb, Sambil mengangkat tangan sejajar dengan telinga, ku utarakan niat sholat shubuh pagi ini, Alhamdulillah lega rasanya ketika kewajiban ini telah tertunaikan, Dengan semangat 45 kuraih buku yang masih tersusun rapi diraknya, dengan alunan musik kujamahi seluruh isi buku tersebut, baris demi baris, halaman demi halaman keperhatikan dengan sekasama berharap semua isinya dapat diserap secara sempurna.

"Nak, air panasnya sudah siap tuch buruan mandi, sudah jam 6 kurang 15 menit, nanti kamu terlambat" pekik Ibuku dari arah dapur, akupun bergegas ke dapur untuk mengambil air panas tersebut dan membawanya ke kamar mandi.

Berbekal sarapan yang telah disediakan oleh bunda akupun semangat beranjak dari rumah dan bergegas menuju sekolah. Ini adalah hari pertamaku untuk ujian Semester. Penentuan hidup dan matiku ditentukan dari ujian ini. Aku sempat khawatir bagaimana nantiknya kalau aku sampai D.O. yang pastinya aku tidak akan bisa berdamai dengan diriku sendiri, mengingat umurku pasti sudah tersia-siakan satu tahun menempuh pendidikan disini, sungguh aku tidak ingin hal itu terjadi pada diriku.

Gerbang sekolahpun menyambut kedatanganku, dan aku langsung melirik kesalah satu sudut dimana jam besar terpampang dengan keperkasaannya, sebagai penunjuk waktu standar disekolah ini. Dan juga bertindak sebagai hakim yang benar dan pengeksekusi bagi siswa yang suka telat. Jarum pendek hitamnya masih menunjuk angka enam, seakan tak mau kalah jarum panjangnya menunjuk pada angka 6.

"Berarti masih jam setengah tujuh". Aku membatin dalam diriku. Aku beranjak masuk dan menuju keruangan wakepsek (wakil kepala sekolah). Aku sempat menunggu beberapa lama diruangan tak berpenghuni ini, sembari membuka lembaran-lembaran buku. Menghapal rumus-rumus. Tapi terasa sangat membosankan bagiku.

selamat pagi, dah lama nunggu ya Oea?” terdengar suara Pak Wakepsek dari balik pintu putih pucat didepanku. 
 

iya Pak, maaf Pak sebelumnya, Saya belum punya uang untuk membayar uang sekolahnya, Ibu saya masih mengupayakan hingga besok Pak, sudilah kiranya Bapak untuk memberikan saya dispensasi dulu untuk bisa mengikuti ujian semester pak, mengingat ujian ini sangat penting bagi saya pak. “ kataku menghiba”.

Baiklah, saya memberikanmu penangguhan, tapi dengan syarat kamu harus melunasinya dalam tempo waktu dekat ini yang terlampir disurat dispensasi ini, Silahkan kamu tandatangani dulu! “ dengan agak kurang bersahabat pak WaKepsek memberikan secarik kertas putih dengan segudang tulisan perjanjian hitam di atas putih yang harus dilunasi dalam waktu segera.


Aku bergegas menuju ruangan ujian, dengan sedikit rasa lega di hati ini membawa secarik kertas pengganti kartu ujian dari Pak WaKepsek tadi, berarti aku bisa mengikuti ujian dengan tiket masuk kelas ini, pikir aku. Ruangan “013 F / 1B” tertera di atas kertas putih ini, aku kerahkan kedua kakiku dengan percepatan yang maximal menuju ruangan kelas tanpa menghiraukan ada temanku yang menyapa namaku dari sisi samping jalan. Sesampai didepan pintu derap kakiku terhambat oleh ibuk Wity, seorang guru pengawas yang bertugas memeriksa kelengkapan siswa untuk mengikuti ujian.

selamat Pagi, boleh saya lihat kartu ujian kamu?” tanya ibu guru yang berperawakan kecil namun tegas dengan raut muka yang memiliki tegangan permukaan yang tinggi ini.



Hmmm.... Aadda Bbuukh” aku agak gemetar sembari melihatkan kartu ujian pengganti oleh-oleh dari bapak WaKepsek tadi. Melihat kartu ujianku yang berbeda dengan siswa lainnya, Bu Wity, menyelotos keras berkomentar melihat kartu ujianku yang berbeda dari siswa lainnya. Aku merasa teramuk dengan statment guru mungil ini, yang nyelotos keras, sehingga siswa lain tanpa sengaja bisa mendengarnya, sungguh membuat harga diriku agak teranyuh. Mentang-mentang saya tidak bisa bayar uang sekolah tepat pada waktunya. Tapi ya sudahlah, memang ini kenyataanya. Pikiranku melayang dengan perasaan yang berkecamuk, aku melangkah masuk kelas.


““eitss.. Tunggu dulu, saya perhatiin, Pening kamu tidak ada? “ tanya bu Wity lagi. Dengan refleks cepat tangan kiriku langsung meraba dada kananku yang biasa terpampang papan kecil mungil berwarna biru berisi identitas nama, nim dan juga photo. Selama menjadi siswa disekolah berdisiplin tinggi ini papan kecil itu harus tetap tergantung didada sebelah kanan.



"Uppss.. bencana datang lagi nih", aku membatin dalam diriku.

hehe dengan senyum bibir agak dimiringkan, maaf buk, Belum sempat aku mengutarakan kata maafku, ibu itu langsung mengusirku.

No Badge, Nothing Exam today!! " celetusnya pedas.

Dengan perasaan kesal bin marah bukan kepayang, aku mengumpat sendiri. Mengungkapkan kekesalan hatiku mengenai sekolah ini.



"Sekolah apaan ini, sok disiplin banget sih, nyesal gua sekolah disini", celetuk hatiku. Tak jauh kakiku ini melangkahi ubin putih kotak-kotak sekolah ini, dari kejauhan 10 kaki langkah dinosaurus, terdengar lagi ocehan bu munggil tadi, kali ini si temanku yang menjadi korban keganasan Ibu yang mengajar fisika tersebut. Dengan terus memacu langkah, telingaku menangkap sinyal, ternyata masalahnya hampir sama persis dengan yang aku alami tadi, diapun diusir pulang, dan tidak boleh mengikuti ujian sebelum lengkap semuanya.



kalo si temanku itu mah asyik, rumahnya dekat. Nah kalo gua, jauhh gile, ah masa bodo yang penting gua ke rumah dulu, ambil pening dan kembali kesekolah uijian, titik” gumpat hatiku.



Pintu kamar ku gebrak dan bergegas mengurai isi kamarku, namun pening yang aku cari tidak juga kunjung ketemu. Aku coba sisir bagian tempat tidur. Lalu lanjut interogasi isi lemari, namun yang aku cari belum jua ketemu. Aku coba untuk diam sejenak duduk bersandar di pelantaran dinding tempat tidurku. Lama aku terdiam dan mengingat dengan keras kemana papan biru kecil itu berada. sembari terpikirkan juga waktu ujian ysng telah berjalan disekolah. Namun tak lama aku tersendak melihat keranjang biru pakaian kotorku, tempat aku menumpuk baju kotorku yang terletak di sudut kamar. Wajahku langsung kuhadapkan dan kecelupkan kedalam tumpukan kain kotor itu. di saat itu ternyata aku menemukan baju seragam yang aku pakai kemarin. Dan disanalah tepat terpasang papan kecil tersebut. "Alhamdullillah"  ujarku . . .



Aku berlari bergegas, lari keluar lorong rumahku, dan menampaki bang dody. Tukang Ojek panggilan para ibuk-ibuk pergi kepasar pagi-pagi.


Bang kesekolah bang, gak pake lama, dan cepatan !” sapaku ke bang dody dengan napas masih tersenggal-senggal.

Olraiidddd . . . “ cetus bang Dedy menarik tuas gas motor Jupiter merahnya.

Untung saja jalanan sepi dan perjalananku menuju sekolah diberi kelancaran. Dengan skill yang mumpuni yang terlatih setiap harinya bang dody tak ada kendala sedikitpun membawa aku sampai kesekolah.



Kamu lagi, kamu lagi...”



Dengan lirikan singging gerbang sekolah ini melirik tajam kearahku. Aku yang baru sampai Seakan tidak peduli, aku menerobos gerbang yang sudah tertutup rapat dan dijaga oleh “Herder sekolah” sebutan kami untuk Omnal. Tapi sayang gembok sudah berjodoh dengan kuncinya. Aku cuma termanggu menatapi dan memegangi jeruji silver dingin ini. Dibalik pagar itu si Herder berperawakan tinggi agak kurus tapi sedikit putih seakan tidak peduli akan kehadiranku, dia tenggelam dalam nikmatnya kopi hitam seduhan pak mamad. Memang tidak ada harapan gerbang akan dibukakan untukku, mengingat aku terlambat sudah hampir setengah jam.



Dalam kegundahan otakku berputar keras seperti kincir air yang berupaya menghasilkan arus listrik, namun yang aku harapkan bukan arus listrik. Namun sebuah ide. Aku Cuma berjalan menelisiri tepian air gerbang tinggi ini. Kemudian kakiku bergerak cepat. Tanganku berkelebat mengiringi percepatan kakiku. Menerobos rumput belukar hijau. Ku sisihkan helaian rumput-rumput kasar ini helai demi helai dengan sepatuku. Ada sebuah jenjang bambu gusung yang terpampang ke sandaran tembok kusam sekolah. Aku coba panjat. Tapi sayang bambu ini belum sanggup menghantarkan tubuh kurus ini melewati tembok. Aku coba raih pohon kedondong dengan kaki kananku. Dengan sedikit dorongan dengan pohon sebagai tumpuannya, aku melontarkan tubuh ini dan langsung dengan sigap menangkap ujung tembok dengan tanganku. Aku berbalik arah dan mendapati bagian dalam sekolah yang terhalang pembatas tembok. Aku meloncat kebawah. SSrrrtt... sedikit terjatuh dan lecet menghinggapi tanganku. aku tak peduli dan langsung melesat keruangan ujianku.



Aku Cuma diam seakan tidak mau tahu, melangkah masuk tanpa rasa bersalah sedikitpun, awalnya ibu pengawas melirik kearahku, tapi aku segera berkelebat memperlihatkan peningku. Dan langsung menundukan kepala 45 derajat menyelesaikan soal-soal ujian. Dengan waktu yang tersisa aku berupaya semaksimal mungkin untuk menjawab pertanyaan yang tertanam di kertas soal. Di penghujung waktu penaku tersendak. Otakku terasa buntu tidak bisa berbuat apa-apa. Aku coba melirik kekiri dan kekanan. Aku tak mungkin bertanya kesamping karena disebelah samping ada kakak tingkat yng tak kalah paniknya, tak mungkin dia bisa membantu, duduk no 3 dari belakang tidak membuatku aman. Aku melihat yg lain Gasar gusur kesana kemari. Panik berkeringat dingin. Menyeka mukanya dengan tissu tak kalah paniknya juga dengan diriku. Pikiranku sempat melayang gimana kalau mata pelajaran penting ini aku tidak lulus. Konsekuensinya ya bakal DO.



Tapi dibagian belakang terlihat andres, yang malah asyik mengerjakan soal. Akupun mengerdipkan mataku kearah andres, sambil menutupi mukaku dengan soal ujian.
andres langsung respek menoleh kearahku, sambil ketawa cengingisan.



“kenapa lo?”

“No 6 isinyanya paan?? “ dengan hati hati aku berbisik dengan frekuensi tertentu sehingga gelombang suaraku sampai ke sistem pendengaran andres.



“kertas-kertas!” sahut andres pelann.

“kertas paan?”

“bego lu, Mau isinya gakk?”



Tepian kertas putih aku sobek, tangan kiriku melemparkan kertas tersebut kearahnya. Dengan sudut mata aku lihat juga pergerakan mata pengawas. Sambil berharap-harap cemas berharap dapat contekan dari si andres. Aku mencoba mengisi jawaban lain dengan teliti.



Belum lagi aku mendapatkan apa yang aku inginkan, aksi bejat ini sudah diketahui oleh ibu pengawas,dengan suaranya bak petir menyambar dengan kekuatan penuh,"Heii Saudara, sekali lagi saudara menoleh kebelakang, saya patahkan leher saudara" akupun kaget dan kembali merobah posisi duduk ku. inilah yang membuat aku semakin gusar,

teguran dari pengawas tadi membuat otakku kembali bekerja, dengan tenang aku coba kembali membaca soal yang bisa aku kerjakan sambil mengingat ingat apa yang telah aku pelajari semalam "Alhamdulillah" akhirnya soal-soal ini dapat ku selesaikan dengan baik, sambil kembali mengoreksi apa yang telah ku kerjakan. Tenggg... tenggg.. tenggg...terdengar suara lonceng berbunyi menandakan ujian telah selesai, tapi aku lihat yang lain masih sibuk dengan jawaban masing-masing. Hingga tiba ibu pengawas dihadapan bangkuku mengambil kertas essaiku dengan sedikit maksa.


Senin, 18 Februari 2013

Miss Ovi

cieeee... cieee ... bawa bekal nih,,, ledek dodon ke manda yang lagi memegang kotak makanan berwarna unggu yang dia temukan dimejanya.

"don ini bukan punya gw"
"trus klo bukan punya lo, trus punya siapa dong ?"
tanya dodon ikut bingung.
"lah itu dia gw yang kagak tau" jawab manda semakin bingung,,,
"Deuhhhhhh... yang ada pengemar rahasia" dodon menggoda manda...
"isttt apaan sih," ujar Manda menyudahi.

susana  kelas semakin riuh  seiring banyaknya teman teman sekelas mereka masuk sehabis apel pagi. Di ruangan kelas yang berwarna dominan putih itu, di bagian belakang kelas terpampang sebuah tabel priodik yang berukuran besar, yang berhadapa-hadapan dengan whiteboard dan diatasnya  sebuah lambang garuda pancasila yang bertengger dengan perkasanya,, tiba tiba mereka dikagetkan dengan kedatangan guru piket yang datang memberi kabar bahwasanya Miss Ovi datang agak telat dan sambil menyerahkan sebuah buku untuk mengerjakan tugas. kemudian berlalu meninggalkan mereka.

"cihuuuuyyy....teriak manda sambil merentangkan kedua tangannya dan memutar-mutarkan badannya sambil bersiul.
"Hush, Manda. ekspresinya berlebihan banget" tegur dodon sambil tersenyum geli melihat sahabatnya yang satu ini. dodon sering bingung sendiri melihat tingkah Manda yang susah ditebak, gayanya yang tomboi dan bicara yang ceplas ceplos masih kental pada dirinya.

"mumpung miss Ovi belum datang, ke kantin yuk, laper nih," ajak manda dan dijawab dengan gelengan oleh dodon, 
"yaudah klo nggak mau, tolong pengangin kotak makanan ini sambil lo cari tau siapa yang menaroknya dimeja gw" ujar manda sambil berlalu melesat menuju tempat  favoritnya, kantin. Biarpun badannya ceking, tapi porsi makannya mengalahin si Riza yeng bertubuh gembul. Sering manda berebutan bakwan  sama riza dikantin, sampai sampai ibu kantin harus membagi rata isi bakwan dalam piring agar tidak terjadi keributan.

                                                          #  #  #  #  #  #  #  #  #  #

Manda mengunyah bakwannya pelan. ia sangat menikmatiya karena pada jam belajar begini, pengunjung kantin sepi, hanya ada segelintir mahkluk berseragam abu abu putih duduk dipojokan. sama seperti dia, para makhluk tersebut pasti sedang bolos juga. tapi dia tidak mempedulikan hal itu, yang penting makan.

tiba tiba manda dikagetkan dengan getaran Hp di kantong saku rok nya.  dengan santai manda membuka sms yang baru masuk, "dari dodon. kenapa sih, nih anak. hmmmm pasti minta dibawaain makanan nih kekelas" , tebak manda.

" Ass. buruan balik ke kelas manda sayang, miss Ovi udah didepan kelas nih, mau kena sembur ? ehh, sekalian bawain bakwan ya, atu aja, laper hehehe.,. wass."

glekkk... manda menelan ludah. gawat, miss ovi udah datang , manda kelabakan. Denga terburu buru manda berlari menuju kelasnya  sambil berteriak sama ibu kantin, "bakwannya empat buk nanti istrahat saya bayar"


                                                #  #  #  #  #  #  #  #  #  #


tok.. tok...

"Assalamualaikum.... excuse me," manda masuk setelah mengucap salam. semua mata tertuju kearahnya tak terkecuali miss Ovi. Dengan wajah menunduk, manda berjalan menuju mejanya.

"Eitssss, dari mana kamu, siapa yang menyuruh kamu masuk ?", tanya Miss Ovi sambil menatap tajam manda.
"Maaf Miss, saya tadi dari toilet, " jawab manda terpaksa  berbohong.
"Benar?", tanya Miss Ovi nggak percaya.
"BeeeeNar, Miss. Suerrr," jawab manda sambil mengacungkan tanangannya.
"Di toilet ada jualan bakwan ya?" tanya miss Ovi sekali lagi, membuat manda kaget tidak bisa berbohong lagi. Dan manda baru sadar bahwa tangannya mengenggam sepotong bakwan dan mulutnya masih celemotan minyak. Manda terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Semua teman sekelasnya  tertawa melihat manda terpojok karena kesalahnnya sendiri. Hanya Dodon yang sama sekali tidak ikut menertawakan manda. dia menggelangkan kepala, sedih atas perbuatan Teman karibnya itu.

Karena kebohongannya, mau tak mau Manda harus mendapatkan hukuman. Manda diberi tugas menterjemahkan tiga novel impor yang semuanya berbahasa Inggris. bukan itu saja, miss Ovi  juga mengusirnya  dari kelas pada hari itu.

            ########*****#######


Jam dinding sudah menunjukan angka 01 lewat 43 menit,  Manda masih sibuk dengan tugasnya menterjemahkan novel yg Diberikan sebagai hukuman dari miss Ovi atas tindakannya yg kabur kekantin disaat jam pelajaran sedang berlangsung. Didalam ruangan berukuran 3x4 meter yg didominasi warna Biru langit itulah manda melawan kantuk yg menyerangnya secara membabi buta,  kopi pahit racikan mamanya pun tak mampu berbicara banyak,  Hal hasil manda harus jatuh bangun menyelesaikan tugas tersebut. Mengingat besok pagi adalah deadline dari tugas tersebut mau tak mau Manda harus menyelesaikan biar tidak timbul hukuman baru yg dijatuhkan miss Ovi.  Dengan sisa sisa tenaga yg dimiliki manda berhasil menterjemahkan novel tersebut ke bahasa ibunya.
"Alhamdulillah selesai juga tugas ini" ujar manda.  Sambil Manahan Kantuk yg Maha berat dengan langkah lunglai manda menuju tempat tidur yg sedari tadi menggodanya untuk ditiduri. Diatas sebuah kasur yg dibalut dengan motif Doraemon dengan dominan warna Biru manda merebahkan tubuhnya yg sudah tak berdaya.  Tak butuh waktu lama bagi manda untuk bisa tertidur.