Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'anbulan.
Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al Qadar, surat ke-97 dalam digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu
Al Qur'an.
Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia
mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran.
Firman Allah dalam surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)
Keutamaan Lailatul Qadar
Di antara kemuliaan malam tersebut adalah
Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4).
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam
lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu
lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.
Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau
mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh
lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Tanda Malam Lailatul Qadar
- Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi)
- Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
- Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
- Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Doa untuk malam lailatur qadar :
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْف عَنِّي
Amalan amalan yang dianjurkan
- Qiyamul Lail
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada
lailatul qadr karena keimanan dan hal mengharap pahala, akan diampuni
untuknya segala dosanya yang telah berlalu.”
Perihal amalan ini juga diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bila sepuluh malam
terakhir telah masuk, mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya,
dan membangunkan keluarganya.”
- Membaca Al-Qur`an
Al-Qur`an Al-Karim memiliki kekhususan kuat berkaitan dengan bulan Ramadhan bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an.” [Al-Baqarah: 185]
Dimaklumi pula bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memberi perhatian lebih terhadap Al-Qur`an pada bulan Ramadhan sehingga Jibril turun pada bulan Ramadhan untuk Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang membaca Al-Qur`an sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ فِيْ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam orang yang
terbaik dengan kebaikan, dan beliau lebih terbaik pada bulan Ramadhan.
Sesungguhnya Jibril menjumpai beliau setiap tahun pada (bulan) Ramadhan
hingga bulan berlalu. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam
memperhadapkan Al-Qur`an kepada (Jibril). Apabila Jibril menjumpai
(Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam), beliau shallallâhu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang lebih baik dengan kebaikan daripada angin
yang berembus tenang.”
Dimaklumi oleh setiap muslim, keutamaan Al-Qur`an dalam segala hal,
baik dalam membacanya, menadabburinya, mempelajarinya, maupun hal-hal
selainnya.
- I’tikaf
I’tikaf berarti berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Tidaklah seseorang keluar dari masjid, kecuali untuk memenuhi hajatnya sebagai manusia.
I’tikaf adalah ibadah sunnah pada bulan Ramadhan serta di luar
Ramadhan. Amalan tersebut adalah syariat yang telah ada pada umat-umat
sebelum umat Islam dan merupakan mahligai kaum salaf shalih.
Dasar pensyariatan amalan itu adalah firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,
وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Sedang kalian beri’tikaf di dalam masjid.” [Al-Baqarah: 187]
Ayat di atas masih dalam rangkaian penjelasan hukum-hukum seputar
puasa Ramadhan. Jadi, I’tikaf memiliki kekhususan berkaitan dengan
Ramadhan. Oleh karena itu,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana diterangkan oleh hadits Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Sesungguhnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada
sepuluh malam terakhir Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri
beliau beri’tikaf setelah itu.”
- Memperbanyak Doa
Doa adalah ibadah yang sangat agung, merupakan sifat para nabi dan
rasul serta ciri orang shalih. Keutamaan, perintah, dan manfaat doa
sangatlah banyak diterangkan dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Keberadaan doa pada bulan Ramadhan sangatlah kuat. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menyebut tentang amalan tersebut di sela-sela pembicaraan tentang hukum-hukum puasa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [Al-Baqarah: 186]
Dimaklumi pula bahwa pertengahan malam adalah waktu yang baik untuk berdoa,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ
لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ
الْآخِرُ (وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : حِيْنَ يَمْضِيْ ثُلُثُ
اللَّيْلِ الْأَوَّلُ, وَفِيْ رِوَايَةٍ أُخْرَى لَهُ : إِذَا مَضَى
شَطْرُ اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ) فَيَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِيْ
فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهِ وَمَنْ
يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita Tabâraka wa Ta’âlâ turun ke langit dunia
setiap malam ketika sepertiga malam terakhir tersisa (dalam salah satu
riwayat Muslim, ‘Ketika sepertiga malam pertama telah berlalu,’ dan
dalam riwayat beliau yang lain, ‘Apabila seperdua atau dua pertiga
malam telah berlalu,’), kemudian berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa
kepada-Ku, Aku akan mengabulkan untuknya, barangsiapa yang meminta
kepada-Ku, Aku akan memberikan untuknya, dan barangsiapa yang memohon
ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampuninya.’.”
- Taubat dan Istighfar
Taubat dan istighfar adalah amalan yang dituntut pada seluruh keadaan. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” [An-Nûr: 31]
Malam hari adalah tempat untuk bertaubat dan beristighfar bagi orang-orang yang bertakwa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam
taman-taman (surga) dan pada mata air-mata air, sambil mengambil
sesuatu yang diberikan oleh Rabb mereka kepada mereka.
Sesungguhnya, sebelumnya di dunia, mereka adalah orang-orang yang
berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; Dan pada
akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzâriyât: 15-18]
- Umrah
Umrah termasuk amalan shalih yang agung, penuh dengan keutamaan dan
kebaikan, serta lebih utama untuk diamalkan pada bulan Ramadhan karena
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُمْرَةً فِيْ رَمَضَانَ تَقْضِيْ حَجَّةً مَعِيْ
“Umrah pada bulan Ramadhan menggantikan haji bersamaku.”
Malam Lailatul Qadar
terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan
(Malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10
malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam
ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. (HR Bukhari dan
HR Muslim)
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam
terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul
qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya
hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Kenapa mencari malam Lailatul Qadar pada 10 atau 7 hari terakhir
(ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang terakhir saja? Saat ini
banyak kelompok masih berbeda penetapan 1 Ramadhan. Ada yang misalnya
tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang tanggal 2. Jadi tidak jelas
mana yang ganjil dan yang genap. Lebih aman kita tetap giat di 10 malam
terakhir entah itu ganjil/genap.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan r.a. bahwa Nabi SAW bersabda tentang
lailatul qadar: “Malam dua puluh tujuh” (Abu Daud)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Carilah
Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan.
Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang
masih tersisa, dan lima yang masih tersisa” (HR Bukhari)
Read more at http://uniqpost.com/20970/kapan-malam-lailatul-qadar-itu-terjadi/
Read more at http://uniqpost.com/20970/kapan-malam-lailatul-qadar-itu-terjadi/
Malam Lailatul Qadar
terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan
(Malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10
malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam
ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. (HR Bukhari dan
HR Muslim)
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam
terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul
qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya
hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Kenapa mencari malam Lailatul Qadar pada 10 atau 7 hari terakhir
(ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang terakhir saja? Saat ini
banyak kelompok masih berbeda penetapan 1 Ramadhan. Ada yang misalnya
tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang tanggal 2. Jadi tidak jelas
mana yang ganjil dan yang genap. Lebih aman kita tetap giat di 10 malam
terakhir entah itu ganjil/genap.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan r.a. bahwa Nabi SAW bersabda tentang
lailatul qadar: “Malam dua puluh tujuh” (Abu Daud)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Carilah
Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan.
Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang
masih tersisa, dan lima yang masih tersisa” (HR Bukhari)
Read more at http://uniqpost.com/20970/kapan-malam-lailatul-qadar-itu-terjadi/
Read more at http://uniqpost.com/20970/kapan-malam-lailatul-qadar-itu-terjadi/
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan anda,,,