Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan nama Hari Raya Haji atau
Hari Raya Qurban adalah sebuah hari raya Islam yang
memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim, yang
bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk
Allah, Ketika akan menyembelih putranya Ismail,
kemudian digantikan oleh Allah SWT dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam
berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di
tanahlapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang
menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari
Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi
yang bernama Mina, dekat Mekkah.
Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.Haji
secara bahasa berarti menuju kesuatu tempat. Namun secara syariat mengacu pada ziarah tahunan umat Islam ke Mekah dengan maksud tertentu untuk melakukan ritual
keagamaan diwaktu tertentu pula sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Haji
pertama kali disyariatkan oleh
Allah SWT pada masa Nabi lbrahim a.s. dan Ia adalah Nabi yang dipercaya oleh Allah SWT untuk membangun Ka’bah bersama dengan anaknya Ismail di
Mekah. Firman Allah SWT dalam surah Al-Hajj ayat 26 :
“Dan ingatlah ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat Baitullah
(dengan mengatakan):
janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang
thawaf, dan orang-orang yang beribadat mereka yang ruku’ dan sujud.”
Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim datang ke Mekah untuk melakukan ibadah haji setiap tahun, dan setelah kematiannya, praktik ini dilanjutkan oleh anaknya. Namun, secara bertahap dengan berlalunya waktu, baik bentuk dan tujuan ritual haji
berubah sebagai penyembahan berhala yang tersebar
di seluruh Arabia, Ka’bah kehilangan kemurnian dan berhala ditempatkan di
dalamnya. Dindingnya penuh dengan puisi dan lukisan, dan akhirnya lebih dari 360 berhala ditempatkan di sekitar Ka’bah.
Selama periode haji itu sendiri, suasana di
sekitar rumah suci (Ka’bah) layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, dengan alasan bahwa mereka harus menampilkan diri di hadapan Allah
dalam kondisi
yang sama seperti mereka lahir. Doa mereka menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah, malah berubah menjadi serangkaian tepuktangan, bersiul dan meniup tanduk, bahkan kalimat talbiah telah diselewengkan oleh mereka dengan tambahan-tambahan.
Bahkan darah binatang yang
dikurbankan dituangkan kedinding Ka’bah dan dagingnya digantung di tiang sekitar Ka’bah, dengan keyakinan bahwa Allah menuntut daging dan darah hewan-hewan ini. Mengenai hal ini Allah SWT
mengingatkan dalam surat Al-Hajj ayat 37:
Daging-daging unta dan
darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik
(Q.s Al Hajj 037)
Bernyanyi,
minum arak, perzinaan dan perbuatan amoral
lainnya tersebar luas di antara para peziarah. Dan lomba puisi adalah bagian utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam kompetisi ini, para penyair akan memuji keberanian dan kemegahan suku mereka masing-masing dan menceritakan cerita-cerita yang
berlebihan, kepengecutan dan kekikiran suku-suku lainnya. Kompetisi dalam kemurahan hati juga diadakan di mana masing-masing kepala suku akan menyediakan kuali besar dan member makan para peziarah, hanya agar
mereka bias menjadi terkenal karena kemurahan hati mereka.
Dengan demikian mereka benar-benar meninggalkan ajaran nenek moyang dan pemimpin mereka Nabi Ibrahim a.s.
Ajarannya yang suci untuk menyembah Allah semata,
telah dinodai oleh orang-orang kafir dan ritual yang telah ditetapkan benar-benar terselewengkan oleh mereka. Keadaan menyedihkan itu berlangsung selama kurang lebih dua ribu tahun. Tapi kemudian setelah periode panjang ini, waktu datang untuk doa Nabi Ibrahim yang harus dijawab ini tertuang firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:129 :
رَبَّنَا
وَ ابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مِّنْهُمْ يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَ
يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ يُزَكِّيْهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ
العَزِيْزُ الحَكِيْم
“Ya Tuhan kami !, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab
(Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah :129)
Selama dua puluh tiga tahun, Nabi Muhammad SAW menyebarkan pesan tauhid, pesan yang sama bahwa Nabi Ibrahim dan semua Nabi pendahulunya dating dengan membawa dan mendirikan hukum Allah dimuka bumi. Nabi tidak hanya membersihkan Ka’bah dari segala kotoran, tapi juga mengembalikan semua ibadah haji yang
dituntunkan oleh
Allah di masa Nabi
Ibrahim.
Terdapat perintah khusus dalam Al-Quran
diturunkan dalam rangka menghilangkan semua upacara palsu yang telah merajalela di masa pra-Islam. Semua tindakan tidak senonoh dan memalukan itu sangat dilarang dalam pernyataan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 197 :
“(Musim) haji adalah
beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan
itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah:
197)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan anda,,,